FENOMENA PINGPONG
Sudah dibaca oleh
orang
Posting Komentar
Salah satu kekhasan permainan pingpong adalah bolanya bolak balik, dari pemain yang satu ke pemain yang lain. Karena sifat bolak baliknya, maka kata pingpong sering digunakan sebagai istilah.
Dan istilah yang paling populer adalah 'dipingpong’. Yaitu kondisi ketika urusan ga kelar-kelar karena di lempar sana sini. Misalnya saat mengurus ijin usaha, mengurus KTP, atau mengurus administrasi rumah sakit.
Di dunia perpenyakitan, istilah pingpong juga dipakai. Yaitu Fenomena Pingpong. Fenomena ini dijumpai pada penyakit kencing nanah atau gonorrhea (GO, baca ge-o).
Fenomena pingpong biasanya terjadi pada pasangan suami isteri.
Berikut kisahnya ...
Biang GO adalah bakteri Neisseria gonorrhea. Bakteri ini paling suka menyerang sel di dinding saluran kemih, milik pria maupun wanita.
Kisah bermula ketika suami jajan di luar, mungkin karena iseng, mungkin memang kebiasaan. Jajan kali ini sepertinya lagi sial. Peeska-nya rupanya mengidap penyakit GO.
Terinfeksilah si suami dengan penyakit tersebut.
Lalu ia pulang ke rumah. Minta jatah ke istri. Alhasil istri ikut terinfeksi. Sekarang, suami istri ini sama-sama terinfeksi.
Bedanya, si suami mengeluh nyeri saat kencing, juga keluar nanah dari ujung senapan. Si istri anteng aja tak ada keluhan.
Kenapa bisa demikian?
Saluran kencing si suami lebih panjang, artinya daerah jajahan bakteri GO juga lebih luas. Sehingga memungkinkannya membuat koloni yang lebih banyak. Serba luas serba banyak ini lah yang memicu munculnya gejala.
Sebaliknya dengan istri, urethra alias saluran kencingnya sangat pendek. Akhirnya koloni GO nya sedikit. Walaupun bakteri tetap berkembang biak, tetapi karena wilayahnya terbatas, maka gejala sering tidak tampak. Dokter menyebutnya infeksi terselubung alias silent infection.
Karena suami merasakan derita, maka pastilah ia pergi berobat. Dengan antibiotik, GO biasanya dapat dienyahkan. Beda dengan si istri. Karena merasa tidak sakit, dan merasa tidak pernah buat macam-macam, tentulah ia tak berobat.
Suami yang sudah sembuh kemudian ‘mendatangi’ istrinya lagi. Yang terjadi bisa ditebak. Si suami akan terinfeksi lagi. Muncul gejala yang sama dengan sebelumnya, lalu berobat. Sembuh, terinfeksi lagi, berobat lagi. Demikian seterusnya. Kondisi inilah yang digelari fenomena pingpong.
Cara terbaik untuk mencegah fenomena pingpong adalah mengobati istrinya juga. Masalah besarnya, bagaimana membujuk istri agar mau berobat tanpa membongkar perilaku buruk suami?
Dulu pernah kejadian di tempat praktek, ada suami yang datang sendirian lalu membujuk dokternya untuk mengobati langsung istrinya tanpa tanya-tanya atau menjelaskan. Saat ia membawa istrinya nanti. Ada-ada saja.
Dan istilah yang paling populer adalah 'dipingpong’. Yaitu kondisi ketika urusan ga kelar-kelar karena di lempar sana sini. Misalnya saat mengurus ijin usaha, mengurus KTP, atau mengurus administrasi rumah sakit.
Di dunia perpenyakitan, istilah pingpong juga dipakai. Yaitu Fenomena Pingpong. Fenomena ini dijumpai pada penyakit kencing nanah atau gonorrhea (GO, baca ge-o).
Fenomena pingpong biasanya terjadi pada pasangan suami isteri.
Berikut kisahnya ...
Biang GO adalah bakteri Neisseria gonorrhea. Bakteri ini paling suka menyerang sel di dinding saluran kemih, milik pria maupun wanita.
Kisah bermula ketika suami jajan di luar, mungkin karena iseng, mungkin memang kebiasaan. Jajan kali ini sepertinya lagi sial. Peeska-nya rupanya mengidap penyakit GO.
Terinfeksilah si suami dengan penyakit tersebut.
Lalu ia pulang ke rumah. Minta jatah ke istri. Alhasil istri ikut terinfeksi. Sekarang, suami istri ini sama-sama terinfeksi.
Bedanya, si suami mengeluh nyeri saat kencing, juga keluar nanah dari ujung senapan. Si istri anteng aja tak ada keluhan.
Kenapa bisa demikian?
Saluran kencing si suami lebih panjang, artinya daerah jajahan bakteri GO juga lebih luas. Sehingga memungkinkannya membuat koloni yang lebih banyak. Serba luas serba banyak ini lah yang memicu munculnya gejala.
Sebaliknya dengan istri, urethra alias saluran kencingnya sangat pendek. Akhirnya koloni GO nya sedikit. Walaupun bakteri tetap berkembang biak, tetapi karena wilayahnya terbatas, maka gejala sering tidak tampak. Dokter menyebutnya infeksi terselubung alias silent infection.
Karena suami merasakan derita, maka pastilah ia pergi berobat. Dengan antibiotik, GO biasanya dapat dienyahkan. Beda dengan si istri. Karena merasa tidak sakit, dan merasa tidak pernah buat macam-macam, tentulah ia tak berobat.
Suami yang sudah sembuh kemudian ‘mendatangi’ istrinya lagi. Yang terjadi bisa ditebak. Si suami akan terinfeksi lagi. Muncul gejala yang sama dengan sebelumnya, lalu berobat. Sembuh, terinfeksi lagi, berobat lagi. Demikian seterusnya. Kondisi inilah yang digelari fenomena pingpong.
Cara terbaik untuk mencegah fenomena pingpong adalah mengobati istrinya juga. Masalah besarnya, bagaimana membujuk istri agar mau berobat tanpa membongkar perilaku buruk suami?
Dulu pernah kejadian di tempat praktek, ada suami yang datang sendirian lalu membujuk dokternya untuk mengobati langsung istrinya tanpa tanya-tanya atau menjelaskan. Saat ia membawa istrinya nanti. Ada-ada saja.
Posting Komentar untuk "FENOMENA PINGPONG"